BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits adalah sumber dari hokum
islam (pedoman dan petunjuk jalan kaum muslim) yang kedua setelah al-Qur’an
al-Karim, apabila mereka (kaum muslim) benar-benar memegang dasar hokum islam
tersebut niscaya mereka tidak akan sesat selama-lamanya. Hadits merupakan suatu
ajar dari Nabi Allah SWT sebagai petunjuk bagaimana untuk melaksanakan ibadah
yang benar-benar sesuai dengan islam. Jadi apabila kita mencintai Allah maka
ikutilah kekasihnya (Muhammad) baik dari akhlak, tingkah laku, sikap, perbuatan
dan semua aktifitasnya yang mulia didunia ini.
Cara untuk mendapatkan hidayah dan mensyukuri nikmat Allah SWT yaitu bagaimana
seseorang bsa menjaga pemberian Allah SWT yang sangat berharga dan titipan yang
harus dikasihi, disayangi dan di rawat dengan baik yaitu (Anak). Anak adalah
sesuatu pemberian Allah yang didamba-dambakan oleh orang tua. Untuk itu
berikanlah pendidikan, pengajaran yang baik agar dia bisa benar-benar
menjadikan hidup kita bahagia dan berguna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Hadits
ﺤﺪﺛﻧﺍ ﻤﺆﻤﻝ
ﺑﻦ ﻫﺸﺎﻡ ﺤﺪﺛﻧﺎ ﺇﺴﻤﺎﻋﻴﻞ
ﻋﻦ ﺴﻭﺍﺭ
ﺑﻦ ﺃﺑﻲ
ﺤﻤﺭﺓ ﻗﺎﻞ
ﺃﺑﻭ ﺪﺍﻭﺪ
ﻋﻦ عَمْرو
بْنِ شُعَيْبِ
عَنْ أَبِيْهِ
عَنْ
جَدِّهِ قَالَ
): قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ عَلَيْهِ
وَ سَلَّمَ : ( مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ أَبْنَاءُ
سَبْعَ سِنِيْنَ،
وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا
وَ هُمْ
أَبْنَاءُ عَشْرَ
سِنِيْنَ، وَ فَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ
فِي الْمَضَاجِع) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻭ
ﺪﺍﻭﺪ﴾
B. Skema Sanad
رَسُوْلُ
اللهِ عَلَيْهِ
وَ سَلَّمَ
ﻤﺆﻤﻝ ﺑﻦ ﻫﺸﺎﻡ
ﺇﺴﻤﺎﻋﻴﻞ
ﺴﻭﺍﺭ
ﺑﻦ ﺃﺑﻲ
ﺤﻤﺭﺓ
ﻗﺎﻞ ﺃﺑﻭ ﺪﺍﻭﺪ
عَمْرو
بْنِ شُعَيْبِ
أَبِيْهِ
جَدِّهِ
C. Arti Mufrodat
أَوْلاَدَ :
Anak-anak
لصَّلاَةِ :
Shalat
اضْرِبُوْ :
Pukul
D. Terjemahan
Artinya: “ Diriwayatkan dari
Mu’mal bin Hisyam, Diriwayatkan dari Ismail, dari Suar bin Abi Hamzah dia
berkata dari Abu Daud, dari ‘Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang maknanya),
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh
tahun, dan pukullah mereka jika mereka tidak mengerjakan shalat pada usia
sepuluh tahun, dan (pada usia tersebut) pisahkanlah tempat tidur mereka.”
(Hadits shahih; Shahih Ibnu Majah (5868), Sunan Abu Daud
(2/162/419) lafazh hadits ini adalah riwayat Abu Daud, Ahmad (2/237/84),
Hakim (1/197))
E. Penjelasan Hadits
Tanda baligh bagi laki-laki dan perempuan adalah:
- Telah mencapai usia 15 tahun. Berdasarkan hadits tentang seorang anak laki-laki (yaitu Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu) yang belum dizinkan ikut berperang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena saat itu belum berusia 15 tahun.
- Telah mengalami “mimpi basah”.
- Tumbuh rambut pada kemaluan.
- Khusus bagi wanita, yaitu keluarnya darah haid dari farji.
Seorang muslim wajib mengerjakan shalat
sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hak
tersebut dilaksanakan semaksimal kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu,
tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak melakukan shalat ketika tidak
ada udzur syar’i (misalnya: wanita yang sedang haid atau nifas). Jika seseorang
mampu shalat berdiri, maka dia melakukannya sambil berdiri dengan
menyempurnakan syarat sah dan rukunnya. Jika dia sakit, maka dia mengerjakannya
sambil duduk. Jika tidak bisa sambil duduk, maka dilakukan sambil berbaring.
Perincian mengenai hal ini insya Allah akan kita bahas pada seri-seri yang akan
datang.
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan hafizhahullah menjawab, “Pengajaran terhadap anak sudah harus dimulai
ketika mereka telah mencapai usia tamyiz[1]. Tentunya dimulai dengan tarbiyah
diniyah (pendidikan agama),
Bila anak telah mencapai usia tamyiz,
orangtuanya diperintah untuk mengajarinya dan mentarbiyahnya di atas kebaikan,
dengan mengajarinya Al-Qur`an dan hadits-hadits yang mudah. Mengajarinya
hukum-hukum syariat yang cocok dengan usia si anak, misalnya bagaimana cara
berwudhu dan bagaimana cara shalat. Si anak juga diajari dzikir-dzikir ketika
mau tidur, bangun tidur, ketika hendak makan, minum, dan sebagainya. Selain
itu, anak dilarang melakukan perkara-perkara yang tidak pantas serta
diterangkan kepadanya bahwa perkara tersebut tidak boleh ia lakukan, seperti
berdusta, namimah, dan selainnya. Hingga si anak terdidik di atas kebaikan dan
terdidik untuk meninggalkan kejelekan sejak kecilnya.
Kenapa pengajaran ini dilakukan pada usia
tamyiz? Karena pada usia ini, si anak bisa menalar apa yang diperintahkan
kepadanya dan apa yang dilarang. Urusan pengajaran anak ini sangatlah penting.
Namun sayangnya sebagian manusia lalai melakukannya terhadap anak-anak mereka.
Mayoritas
orang tidak mementingkan perkara anak-anak mereka. Tidak mengarahkannya dengan
arahan yang baik, bahkan membiarkan mereka tersia-siakan dari sisi tarbiyah
diniyyah. Sehingga si anak tidak diperintah mengerjakan shalat dan tidak
dibimbing kepada kebaikan, bahkan dibiarkan tumbuh di atas kebodohan dalam
perkara agamanya serta terbiasa melakukan perbuatan yang tidak baik. Anak-anak
dibiarkan bercampur-baur dan bergaul dengan orang-orang yang jelek, berkeliaran
di jalan-jalan, menyia-nyiakan pelajaran mereka (enggan untuk belajar) serta
kemudaratan lainnya, yang mana kebanyakan para pemuda muslimin tumbuh di
atasnya disebabkan sikap masa bodoh orangtua mereka. Padahal para orangtua ini
akan ditanya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak, karena merekalah yang bertanggung
jawab terhadap anak-anak mereka.
Apa yang
diperintahkan dalam hadits di atas adalah pembebanan kepada para orangtua yang
harus mereka tunaikan. Dengan begitu, orangtua yang tidak menyuruh anak-anak
mereka mengerjakan shalat pada umur yang telah disebutkan berarti ia telah
bermaksiat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam[2]. Ia
telah melakukan keharaman dan meninggalkan kewajibannya yang ditetapkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ
رَعِيًّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin
dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.”
Sangat
disesalkan, sebagian orangtua sibuk dengan perkara dunianya hingga mengabaikan
anak-anaknya. Tidak pula mereka menyempatkan waktunya untuk anak-anaknya.
Seluruh waktunya tersita untuk perkara-perkara dunia. Kejelekan yang besar ini
banyak dijumpai di negeri muslimin, yang menjadi sebab buruknya tarbiyah anak-anak
mereka. Jadilah anak-anak tersebut tidak baik agama dan dunianya. La haula wala
quwwata illa billahil ‘azhim. (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah yang Maha Agung.” (Fatawa Nurun ‘Alad Darb, Fadhilatusy Syaikh Shalih bin
Fauzan, hal. 115-116)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda:
ماَ نَهَيْتُُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا
أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا
اسْتَطَعْتُمْ
“Apa yang aku larang kalian darinya, tinggalkanlah. Dan apa yang aku
perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim) –pent.
Untuk mentarbiyah anak
yang akan menjadi Umat Muhammad saw, ialah dengan cara kita mengambil pelajaran
dari caranya Nabi Ibrahim, yang Allah ceritakan dari isi doanya Nabi Ibrahim
dalam surah Ibrahim berikut ini:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman berhampiran
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan solat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa
yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang
tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan
kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar
Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan solat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu
bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat)”. [Ibrahim: 37-41]
Dari doanya itu kita dapat melihat
bagaimana cara Nabi Ibrahim mendidik anak, keluarga dan keturunannya yang
hasilnya sudah kita ketahui, kedua anaknya Ismail dan Ishaq menjadi manusia
pilihan Allah:
1. Mentarbiyah anak mencari,
membentuk biah (persekitaran) yang sholehah. Representasi lingkungan yang
solehah bagi Nabi Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid
[rumah Allah]. Maka, kita tinggal dekat dengan masjid atau anak-anak kita lebih
sering ke masjid agar mereka mencintai masjid. Bukankah salah satu golongan
yang mendapat naungan Allah di saat tidak ada lagi naungan adalah pemuda yang
hatinya cenderung kepada masjid.
Kendala yang mungkin kita akan temukan
adalah teladan. Padahal cara belajar yang paling mudah itu adalah dengan
meniru. Ayah-ayah sekarang yang bertolak ke tempat kerjanya sebelum Subuh yang
mungkin tidak sempat ke masjid dan sampai ke rumah sebelum Isya mengakibatkan anak
tidak melihat contoh solat di masjid dari orang tuanya. Selain itu,
kendala yang sering kita hadapi adalah mencari masjid yang ramah anak, para
pengurus masjid dan jamaahnya terlihat kurang suka melihat anak-anak dan
khawatir terganggu kekhusyukannya, dan ini dipengaruhi oleh pengalamannya
selama ini bahawa anak-anak sulit untuk tertib di masjid.
2. Mentarbiyah anak agar
mendirikan solat. Mendirikan solat
ini merupakan karakter umat Muhammad saw sebagaimana yang telah dihuraiakan di
atas. Nabi Ibrahim bahkan lebih khusus di ayat yang ke-40 dari surat Ibrahim
berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan solat. Solat merupakan salah
satu pembeza antara umat Muhammad saw dengan selainnya. Solat merupakan sesuatu
yang sangat penting, mengingat Rasulullah saw memberikan arahan tentang
keharusan pembelajaran solat kepada anak: suruhlah anak solat pada usia 7
tahun, dan pukullah bila tidak solat pada usia 10 tahun. Rasulullah saw
membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak melakukan solat dari
pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini ertinya ada masa 3 tahun, orang tua
untuk mendidik anak-anaknya untuk solat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan
pendidikan shalat.
Proses tarbiyah anak dalam melakukan
solat, sering mengalami gangguan dari berbagai kalangan dan lingkungan. Dari
pendisiplinan formal di sekolah dan di rumah, kadang membuat kegiatan
pendidikan shalat menjadi kurang efektif dan bahkan gagal sama sekali, terutama
cara membangun citra solat dalam pandangan anak. Baru-baru ini, ada seorang
istri yang mengadu kepada seorang ustazah tentang suaminya yang tidak pernah
solat, ketika ditanya penyebabnya, ternyata dia trauma dengan perintah solat.
Setiap mendengar perintah solat maka terbayang mesti tidur di luar rumah,
karena ketika kecil bila tidak solat harus keluar dari rumah. Sehingga kesan
yang terbentuk di kepala anak kegiatan solat itu tidak menyenangkan, dan bahkan
menyebalkan. Kalau hal ini terbentuk bertahun-tahun tanpa ada perbaikan, maka
sudah pasti dibayangkan hasilnya, terbentuknya seorang anak muslim yang tidak
solat.
3. Mentarbiyah anak agar dapat menjemput rezeki yang Allah telah siapkan
bagi setiap orang. Anak ditarbiyah untuk memiliki life skill
[keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk hidup]. Rezeki yang
telah Allah siapkan. Setelah itu anak diajarkan untuk bersyukur.
4. Mentarbiyah anak agar
disenangi ramai orang. Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang
diperintahkan oleh Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan
akhlaq yang baik.” [HR. Bukhari].
Anak kita
diberikan cerita tentang Rasulullah saw, supaya muncul kebanggaan dan kekaguman
kepada nabinya, yang pada gilirannya menjadikan Rasulullah menjadi teladannya.
Kalau anak kita dapat meneladani Rasulullah saw, bererti mereka sudah memiliki
akhlaq yang baik karena sebagaimana kita ketahui, Rasulullah memiliki akhlaq
yang baik seperti pujian Allah di dalam al-Quran:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
“Sesungguhnya
engkau [Muhammad] berakhlaq yang agung.” [Al-Qalam, 68: 4]
5. Mentarbiyah anak dengan
mempertebal terus keimanan, sampai harus merasakan kebersamaan dan pengawasan
Allah kepada mereka. Hasilnya, seorang budak penggembala kambing enggan
menjualkan kambing milik tuannya kepada Umar Al-Khattab lalu mempersoalkan
kembali "Di mana Allah ?" untuk dia melakukan hal tersebut. Begitu
juga kisah anak penjual susu yang menghalang niat ibunya yang berhasrat
mencampurkan air ke dalam susu. Inilah teladan yang kita perlu contohkan kepada
anak - anak zaman sekarang yang berada dalam persekitaran yang penuh dengan
maksiat.
6. Mentarbiyah anak agar tetap
memperhatikan orang-orang yang berjasa, walaupun sekadar doa dan mengambil
berat terhadap orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada
sekarang maupun yang telah mendahuluinya. Mendampingi orang - orang soleh akan
mempengaruhi akhlak si anak. Semoga mereka membesar dengan penuh kebaikan dan
memberi manfaat seperti para salafussoleh.
F. Hubungan
Hadits dengan Pendidikan
Dari Hadits
diatas menerangkan bahwa pendidikan itu yang lebih baik dimulai dari kecil,
sebab apabila pendidikan tidak diberikan semenjak kecil akan berdampak buruk
sehingga jauh dari pemahaman yang benar. Sebagai orang tua yang mempunyai andil
di dalam keluarga terutama terhadap anaknya yang masih belum mengenal
ketentuan-ketentuan agama yang harus dilaksanakan oleh mereka, sehingga apabila
orang tua tidak memperdulikan akan mengakibatkan sesuatu yang tidak diharapkan.
Orang tua dituntut selalu menjaga lingkungan keluarganya agar tidak berbaur
dengan noda-noda kejahatan. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr&
ö/ä3Î=÷dr&ur
#Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur
$pkön=tæ
îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ©
w tbqÝÁ÷èt
©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur
$tB
tbrâsD÷sã
ÇÏÈ
Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. at-Tahrim: 6)
Kewajiban orang
tua terhadap anak adalah mendidiknya menjadi anak yang baik, berguna, apabila
itu tercapai maka kebahagian hidup akan terasa di dalam keluarga. Pendidikan
yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya adalah pendidkan yang baik
menurut agama. Kesabaran harus dimiliki oleh setiap orang tua sebab anak
memiliki respon yang negative terhadap tekanan-tekanan. Allah SWT berfirman:
öãBù&ur y7n=÷dr& Ío4qn=¢Á9$$Î/
÷É9sÜô¹$#ur $pkön=tæ
(
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya.(Qs. Thaahaa: 132)
Anak-anak yang telah mencapai kedewasaannya maka harus dipisahkan, itu
untuk lebih menjadikan anak hidup mandiri dan tidak lagi tergantung oleh orang
lain. Dari sinilah akan termotivasi
anak untuk melakukan aktifitas-aktifitas keremajaannya yang ingin mengekspresikan
kemampuan yang dia miliki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berangkat dari isi yang ada di
atas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.
Pendidikan
dimulai dari masa kecil sebab itu merupakan tahap yang bagus bagi setiap anak
2.
Mendidik
anak harus dengan kelembutan karena apabila terdapat tekanan-tekanan akan
mengakibatkan anak akan menjadi yang tidak diharapkan.
3.
Turun
tangan orang tua dituntut dalam proses orang tua, sebab anak belum dapat
mengenal semua hal-hal baru yang belum dilihat sebelumnya
4.
Apabila
umur 7 tahun maka seruhlah mereka shalat dan berikanlah hukuman bila mereka
enggan melaksanakannya.
¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r&
no4qn=¢Á9$# öãBù&ur
Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur
Ç`tã
Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur
4n?tã
!$tB
y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB
ÇP÷tã
ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ
Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(Qs. Luqman: 17)
5.
Dan
berikanlah mereka kamar sendiri agar mereka lebih mandiri dan tidak lagi
ketergantungan dengan orang tua.
B. Saran
Kami sebagai penyusun dan penulis Makalah ini mohon
maaf kepada pembaca karena dalam pengetikan dan penyusunan serta dari segi isi
dan bahasa masih ada terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan sarab pembaca untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
- al-Qur’an al-Karim
- Al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz oleh Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Ibnu Badawi, tahun terbit 1421 H/2001 M, Mesir: Daar Ibnu Rajab.
- Materi Ta’lim Al-Ushul min ‘Ilmil Ushul 2008 M, Ma’had al-’Ilmi Puteri Yogyakarta.
- Kitab Shahih Abu Daud
[1]
Belum baligh, namun sudah bisa menalar dan memahami ucapan serta dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (-Pent)
[2] Tidak patuh dan taat kepada perintah
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan dalam Firmannya: ”
Apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kalian maka ambillah dan apa yang beliau
larang maka berhenti (tinggalkan) lah.” (al-Hasyr:7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar